“Apakah lahir baru itu?”
“Apakah aku sudah lahir baru?”
“Kapan aku telah dilahirkan kembali?”
“Apakah aku akan selamat, jika aku mati nanti?”
“Apakah namaku akan tercatat di dalam buku kehidupan?”
“Apakah Tuhan sudah masuk di dalam hatiku?”
“Apakah Tuhan sudah menjadi yang terutama dalam
hidupku?”
Pertanyaan itu seringkali muncul di dalam benakku,
sejak aku mulai datang ke Berlin bulan November 2016 dan seseorang memberikan
pertanyaan “Apakah kamu akan diselamatkan, jika kamu mati nanti?” Aku merasa
sudah Kristen sejak dari kecil. Di Indonesia, aku telah bertumbuh di lingkungan
Gereja tetapi mengapa aku tidak bisa menjawab dengan yakin bahwa jika aku mati
nanti aku akan bersama sama dengan Tuhan?. Hal ini seringkali menjadi
pergumulan saya, kamu dan kita semua sebagai anak muda yang lahir dan besar di
keluarga Kristen.
Aku bersyukur di sekitarku ada orang yang menuntunku
untuk mengerti apa artinya menjadi milik Tuhan, mempercayakan diriku di dalam
Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai pemimpin dalam hidupku. Ternyata selama ini
aku belum paham apa artinya semua itu. Aku merasa bahwa selama ini aku ke
Gereja, pelayanan untuk Tuhan dan ingin memuliakan Tuhan hanya sekedar di dalam
pikiranku saja.
KenyataanNya aku melayani di Gereja hanya untuk kepentingan diriku semata, aku ke Gereja hanya untuk bertemu dengan orang-orang saja dan yang lebih parahnya setelah aku pelayanan, banyak orang memujiku dan membuatku menjadi haus akan pujian dari manusia. Selama ini, aku juga berusaha untuk hidup kudus yang ternyata itu hanya karena aku ingin mengikuti aturan yang ada di Alkitab saja dan supaya orang melihat bahwa aku orang yang suci.
KenyataanNya aku melayani di Gereja hanya untuk kepentingan diriku semata, aku ke Gereja hanya untuk bertemu dengan orang-orang saja dan yang lebih parahnya setelah aku pelayanan, banyak orang memujiku dan membuatku menjadi haus akan pujian dari manusia. Selama ini, aku juga berusaha untuk hidup kudus yang ternyata itu hanya karena aku ingin mengikuti aturan yang ada di Alkitab saja dan supaya orang melihat bahwa aku orang yang suci.
Untungnya selama beberapa bulan ini aku menjadi lebih mengenal
keadaanku yang kritis setelah menjalani PA (Pendalaman Alkitab). Hidup jauh
dari asalku, membuat aku belajar bahwa semua manusia termasuk aku pada awalnya
memiliki status dosa.
Di hari itu, aku belum bisa mengakuinya karena selama ini aku merasa bahwa aku telah berusaha untuk hidup kudus supaya aku tak berdosa. Tetapi kenyataannya semua orang termasuk aku telah berdosa sejak Adam dan Hawa memakan buah dari pohon yg telah dilarang Tuhan dan manusia tak bisa dengan kekuatannya sendiri mematahkan status dosa itu. Hanya dengan kasih ALLAH yang telah mengaruniakan anakNya yang tunggal untuk mati di kayu salib saja yang bisa mematahkan status berdosa manusia. Tetapi mengapa Tuhan mau melakukan itu? Karena Tuhan ingin kembali memiliki relasi dengan aku manusia ciptaanNya. Allah yang suci tak bisa bercampur dengan dosa, sedangkan aku sangat kotor dan penuh dosa. Oleh karena itu Ia rela memberikan AnakNya untuk mematahkan status dosaku dan kembali memiliki relasi denganku.
Di hari itu, aku belum bisa mengakuinya karena selama ini aku merasa bahwa aku telah berusaha untuk hidup kudus supaya aku tak berdosa. Tetapi kenyataannya semua orang termasuk aku telah berdosa sejak Adam dan Hawa memakan buah dari pohon yg telah dilarang Tuhan dan manusia tak bisa dengan kekuatannya sendiri mematahkan status dosa itu. Hanya dengan kasih ALLAH yang telah mengaruniakan anakNya yang tunggal untuk mati di kayu salib saja yang bisa mematahkan status berdosa manusia. Tetapi mengapa Tuhan mau melakukan itu? Karena Tuhan ingin kembali memiliki relasi dengan aku manusia ciptaanNya. Allah yang suci tak bisa bercampur dengan dosa, sedangkan aku sangat kotor dan penuh dosa. Oleh karena itu Ia rela memberikan AnakNya untuk mematahkan status dosaku dan kembali memiliki relasi denganku.
Tetapi, mengapa Tuhan mau melakukan itu semua untukku
dan bahkan untuk kamu? Pertanyaan itu kembali muncul. Bagaimana hidup yang
ternyata penuh dosa, ternyata jawabannya adalah Tuhan mau mengasihiku dan Ia
ingin semua orang termasuk aku diselamatkan.
Di saat itu aku merasa hidupku masih kosong dan Tuhan
tidak ada di dalamku. Di manakah Tuhan sekarang? Apakah Ia masih ada di luar
hatiku? Tuhan mengapa aku merasa Tuhan masih begitu jauh? Di sinilah aku sadar,
aku masih berdosa dan Tuhan tak bisa memiliki relasi yang baik denganku selama
aku belum memiliki kerendahan hati untuk mengakuinya.
Aku berdoa, Tuhan ampuni segala kesalahanku dan aku ingin Tuhan hadir dalam hidupku. Itulah kerinduanku. Tetapi aku tak langsung mendapatkannya, aku terus berdoa Tuhan di manakah Engkau, aku rindu Tuhan hadir dalam hidupku. Aku terus meminta kepada Tuhan.
Dan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017 aku bertanya pada seseorang “kenapa aku masih merasa Tuhan begitu jauh? Aku ingin Tuhan ada di hidupku.” Pada saat itu beliau berkata “ Kita bisa meminta pada Tuhan “ dan aku bertanya-tanya di dalam hati apakah mungkin kalau Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta. Tetapi beliau menjelaskan apakah alasannya Tuhan tidak mau memberikan itu. Tuhan mengasihi semua orang dan siapapun yang datang kepada Tuhan, Ia tidak akan membuangnya (Yoh 6:37). Dan disinilah beliau mendoakanku dan entah kenapa aku merasa ada yg menggugah hatiku.
Di dalam doa ini aku merasa Tuhan begitu baik denganku dan aku datang kepada Tuhan dan memohon ampun atas segala kesombonganku (bahwa aku mampu melakukan semuanya tanpa Tuhan) selama ini. Aku mengakui bahwa aku butuh Tuhan untuk menyelamatkanku. Lalu beliau bertanya “apakah kamu mau menerima Tuhan di dalam hidupmu?” di sini aku tak menjawabnya langsung, aku masih belum bisa berkata mau karena ada sesuatu perasaan yg membuatku tak bisa menjawab ya Tuhan, mungkin aku belum siap untuk menerima itu karena aku takut aku tidak bisa menjalankan rencana-rencana Tuhan yang tidak sesuai dengan harapanku dengan baik.
Tapi ada sesuatu yang mendorong dan mendesak dalam hatiku untuk aku menjawab “Ya Tuhan aku mau”. Disitu aku bergumul untuk menjawab “Ya Tuhan aku mau” Di dalam kekerasan hatiku ini, aku merasa ada suatu yang membuatku menjadi lemah lembut dan akhirnya dengan tenang aku mengatakan “Ya Tuhan aku mau Engkau menjadi Tuhan dalam hidupku karena aku butuh Engkau untuk menyelamatkanku dan aku bersedia untuk Tuhan pakai.“ Setelah itu aku merasa begitu lega entah kenapa seperti ada suatu ikatan, yaitu dosa yang telah dilepas dariku.
Aku berdoa, Tuhan ampuni segala kesalahanku dan aku ingin Tuhan hadir dalam hidupku. Itulah kerinduanku. Tetapi aku tak langsung mendapatkannya, aku terus berdoa Tuhan di manakah Engkau, aku rindu Tuhan hadir dalam hidupku. Aku terus meminta kepada Tuhan.
Dan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017 aku bertanya pada seseorang “kenapa aku masih merasa Tuhan begitu jauh? Aku ingin Tuhan ada di hidupku.” Pada saat itu beliau berkata “ Kita bisa meminta pada Tuhan “ dan aku bertanya-tanya di dalam hati apakah mungkin kalau Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta. Tetapi beliau menjelaskan apakah alasannya Tuhan tidak mau memberikan itu. Tuhan mengasihi semua orang dan siapapun yang datang kepada Tuhan, Ia tidak akan membuangnya (Yoh 6:37). Dan disinilah beliau mendoakanku dan entah kenapa aku merasa ada yg menggugah hatiku.
Di dalam doa ini aku merasa Tuhan begitu baik denganku dan aku datang kepada Tuhan dan memohon ampun atas segala kesombonganku (bahwa aku mampu melakukan semuanya tanpa Tuhan) selama ini. Aku mengakui bahwa aku butuh Tuhan untuk menyelamatkanku. Lalu beliau bertanya “apakah kamu mau menerima Tuhan di dalam hidupmu?” di sini aku tak menjawabnya langsung, aku masih belum bisa berkata mau karena ada sesuatu perasaan yg membuatku tak bisa menjawab ya Tuhan, mungkin aku belum siap untuk menerima itu karena aku takut aku tidak bisa menjalankan rencana-rencana Tuhan yang tidak sesuai dengan harapanku dengan baik.
Tapi ada sesuatu yang mendorong dan mendesak dalam hatiku untuk aku menjawab “Ya Tuhan aku mau”. Disitu aku bergumul untuk menjawab “Ya Tuhan aku mau” Di dalam kekerasan hatiku ini, aku merasa ada suatu yang membuatku menjadi lemah lembut dan akhirnya dengan tenang aku mengatakan “Ya Tuhan aku mau Engkau menjadi Tuhan dalam hidupku karena aku butuh Engkau untuk menyelamatkanku dan aku bersedia untuk Tuhan pakai.“ Setelah itu aku merasa begitu lega entah kenapa seperti ada suatu ikatan, yaitu dosa yang telah dilepas dariku.
Setelah jawaban itu aku
sekarang yakin bahwa Tuhan akan menyelamatkanku dan namaku akan tercantum di
dalam buku kehidupan Tuhan. Ia akan menyambutku dengan penuh kasih nanti saat
aku kembali berjumpa dengan Dia. Aku sangat bersyukur bisa memiliki Tuhan di
dalamku dan aku ingin kembali ke tujuan awal Tuhan menciptakan manusia yaitu
untuk memuliakan Allah. Aku sekarang bertekad bahwa apapun yang aku jalani hari
ini bukanlah untukku lagi melainkan untuk Tuhan.
Dengan semuanya ini, sekarang aku lebih tenang akan masa depanku, karena aku tahu bahwa Tuhan menuntun, membimbing dan Ia akan selalu ada di setiap musim hidupku. Itu juga berarti bukan semuanya akan indah pada saat aku menjalani hari-hari ku, pasti Tuhan akan membentukku dan itu tak selalu hal yang menyenangkan, tetapi aku yakin Roh Kudus akan memberiku kekuatan. Mulai saat ini aku bersedia untuk dibentuk oleh Tuhan.
Dengan semuanya ini, sekarang aku lebih tenang akan masa depanku, karena aku tahu bahwa Tuhan menuntun, membimbing dan Ia akan selalu ada di setiap musim hidupku. Itu juga berarti bukan semuanya akan indah pada saat aku menjalani hari-hari ku, pasti Tuhan akan membentukku dan itu tak selalu hal yang menyenangkan, tetapi aku yakin Roh Kudus akan memberiku kekuatan. Mulai saat ini aku bersedia untuk dibentuk oleh Tuhan.
Roma 3 : 23 “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma
karena penebusan dalam Kritus Yesus.”
Yohanes 3: 16 “ Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,supaya setiap orang yang percaya
kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
2 Kor 5:15 tertulis “ Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya
mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Dia
yang telah mati dan dibangkitkan untuk mereka”. (Petra)
0 comments:
Post a Comment