Perkenalan
akan Yesus sedari kecil hingga sekarang membuat saya terpanggil untuk melakukan
pelayanan dengan jangkauan yang lebih luas melalui Perkantas (Persekutuan
Kristen Antar Universitas). Awalnya saya mengambil komitmen melayani hanya sebagai
seorang pengajar dari sebuah kamp, namun nyatanya saya ditantang tidak hanya menjadi seorang
yang hanya menerima berkat namun juga menjadi pembeda bagi lingkungan. Hal ini
tentu saja sesuai dengan misi Allah bagi dunia ini khususnya menggunakan orang
Kristen sebagai alat untuk memuliakan nama-Nya.
Saya tidak ingin lagi Kekristenan dicap sebagai sesuatu yang eksklusif yang tidak bisa dinikmati oleh orang yang bukan Kristen. Saya ingin membawa kasih itu keluar dari dinding gereja dan boleh dinikmati oleh banyak orang di luar sana.
Saya tidak ingin lagi Kekristenan dicap sebagai sesuatu yang eksklusif yang tidak bisa dinikmati oleh orang yang bukan Kristen. Saya ingin membawa kasih itu keluar dari dinding gereja dan boleh dinikmati oleh banyak orang di luar sana.
Saat
itulah saya mulai terlibat untuk mengerjakan salah satu misi lokal yaitu les
gratis Kenosis di Sidoyoso, Surabaya. Kami mengajarkan banyak hal dan materi
yaitu Matematika, Ipa, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Pelayanan ini ternyata
memberi banyak pelajaran bagi saya, baik suka maupun duka. Suka ketika kami
bisa bermain dan belajar bersama, melihat antusias dan semangat setiap anak,
berlari-larian dan bercanda dengan para pengajar. Permen coklat yang saya bawa
dengan harga seribu rupiah yang notabene mungkin nilai yang kecil bagi kita
nyatanya dapat membuat anak-anak dengan raut muka yang polos menjadi semangat dan bahagia. Hal itu membuktikan bahwa
kebahagian mereka tidak perlu datang dari hal yang mahal dan sulit, tapi dari
kesederhanaan. Serta banyak lagi momen-momen yang membahagiakan yang pasti
banyak membuat saya terhenyak dan terkesan.
Bagai
koin yang memiliki dua sisi, demikian pula pengalaman tidak selalu datang
membawa cerita bahagia namun juga ada cerita sedih dan sulit. Bagi saya
kesedihan dan kesulitan saya adalah ketika saya harus belajar merendahkan diri
dalam pelayanan ini. Latar belakang saya yang tumbuh dan hidup dari keluarga
yang berkecukupan namun juga harus memberi diri di dalam pelayanan ini
sejujurnya saya tidak terbiasa. Suatu kali murid saya muntah dan saat itulah
saya harus membersihkan muntahan murid saya, tentu hal tersebut sangat jarang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari saya. Saya menyadari bahwa melayani Dia,
saya harus melepas seluruh ego dan comfort
zone. Saya juga banyak belajar melalui pengajar lain dalam beban mereka
melayaniNya dan sungguh Tuhan telah memproses saya untuk menjadi pribadi yang
lebih bertumbuh dan dewasa tidak hanya secara iman namun juga banyak aspek
kehidupan.
Meski
sempat tidak terbiasa dan sulit, saya sungguh-sungguh bersyukur atas keputusan
saya pada masa lalu untuk ambil bagian berkomitmen mengajar di Kenosis. Sampai
hari ini saya merasa belum memberikan yang sepenuhnya dan masih banyak yang
harus saya lakukan. Saya akan terus berusaha dan memproses diri saya untuk
menjadi pengajar yang lebih dan lebih baik lagi. Saya juga merasa tidak memberi
banyak namun justru saya merasa diberi banyak kelimpahan yaitu sesuatu yang
jauh melebihi apa yang saya berikan. Pemberian yang berarti tidak selalu
material, tetapi justru saya banyak diberi pembelajaran mengenai kehidupan,
kebahagiaan yang tidak dapat dicapai melalui harta tetapi melalui cerita-cerita
mereka yang saya pikir boleh menjadi kekuatan dan berkat bagi saya secara
pribadi.
Melalui
pelayanan di Kenosis saya boleh sedikit mencicipi bagaimana Allah juga melayani
manusia pada saat Ia turun dalam dunia mengosongkan diri, menderita dan mati
diatas kayu salib. Kasih Allah inilah yang terus mendorong kami para pengajar
untuk terus memiliki belas kasihan kepada mereka. 1 ayat favorit saya yang
boleh menjadi kekuatan berasal dari Roma 10:13-15
“Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”
Bagaimana mereka bisa mendengar kabar baik ketika orang Kristen
hanya sibuk dengan pekerjaan mereka dan tidak ada yang mencoba menjangkau
mereka?. Itu menjadi pergumulan dan penyuluh semangat saya secara pribadi dan
kiranya juga menjadi pergumulan yang sama bagi setiap kita. Biarlah pengenalan
akan Kristus dan kasihNya tidak hanya sebatas disimpan untuk diri kita sendiri
namun dapat disebarkan melalui banyak orang melalui banyak cara yang Tuhan
gerakkan. Tuhan Yesus memberkati. (Andre)
0 comments:
Post a Comment